Rabu, 14 Januari 2015

TEKS ULASAN NOVEL CINTA BRONTOSAURUS KARANGAN RADITYA DIKA


IDENTITAS BUKU

Judul               : Cinta Brontosaurus

Penulis             : Raditya Dika

Jenis Buku       : Non Fiksi

Penerbit           : GagasMedia

Cetakan I        : Tahun 2006

Tebal               : viii + 152 hlm; 11.5 x 19 cm


Cinta Brontosaurus
            Novel ini adalah buku kedua yang dikeluarkan oleh Raditya Dika dengan buku pertamanya Kambing Jantan. Hampir sama dengan buku sebelumnya, cerita-cerita dalam buku ini berasal dari kisah kesehariannya. Namun, buku kedua ini menggunakan format cerita pendek (cerpen) yang bercerita mengenai pengalaman cintanya yang sepertinya selalu tidak beruntung. Dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Di novel ini, dia berperan sebagai “gue”.
Bab pertama novel ini, Raditya Dika menceritakan kejadian-kejadian yang telah dialami dengan mobil miliknya. “Timor Kaleng” itulah nama yang diberikan kepada mobilnya. Dia selalu mengambil pelajaran dari kesalahan yang telah dialami dengan mobilnya. Mulai dari menabrak mobil yang sedang parkir, dia bisa belajar jika keluar dari parkir mobil jangan lupa belok. Menabrak mobil saat macet, jika sedang macet jangan bermain HP. Dan ngelindes tukang sayur, juga bisa diambil pelajaran bahwa tukang sayur itu berbeda dengan polisi tidur. Jika Raditya Dika membuat janji kepada seseorang, dia selalu menepati janjinya. Seperti saat dia sudah berjanji akan ke rumah Putra teman sekelas yang akan membuat design buku tahunan dirumahnya. Karena hari sudah malam dan suasana jalan yang sepi, Raditya Dika mengajak salah seorang teman untuk menemaninya yaitu Ratih. Sebelum kerumah Putra, Ratih mampir dahulu ke Bintaro Plaza untuk mengambil uang di ATM. Tetapi, saat di tengah perjalanan terjadi hal yang tidak inginkan. Mobilnya mogok, ternyata air radiatornya habis. Lalu, Ratih langsung membeli air mineral di Hero, salah satu tempat di Bintaro Plaza. Dia beli empat botol air mineral. Setelah mobil diisi air, botol-botol yang kosong diisi dengan air keran untuk jaga-jaga jika terjadi lagi. Tiba di rumah Putra, mereka langsung bergegas untuk mengerjakan design buku tahunan. Saat beranjak pulang, temannya yang bernama Pito menumpang untuk pulang karena arah rumah Pito dan Raditya Dika searah. Ditengah perjalanan perut Pito terasa lapar, lalu mereka membeli nasi goreng. Pito memesan rasa yang ekstrak pedas. Beberapa menit kemudian, Pito tidak terlihat kepedesan. Saat ditanya Ratih, ternyata Pito telah meminum air keran yang ada di botol tadi. Raditya Dika dan Ratih langsung shock mendengar jawaban Pito. Keesokan harinya, saat di sekolah, Pito merasa perutnya sakit karena telah meminum air keran.
Berbeda dengan bab pertama. Di bab ini, Raditya Dika menceritakan kisah cintanya kepada seseorang waktu ia masih duduk di bangku sekolah dasar. Waktu SD, dia masih bingung saat mendengar kata cinta monyet. Ibunya berkaya kalau cinta monyet itu, “cinta-cintaan yang gak serius. Main-main,”. Raditya Dika bingung, kenapa namanya cinta monyet? Dia agak tersinggung disamakan dengan monyet. Cewek yang dia suka bernama Lia. Waktu itu Raditya Dika kelas empat SD dengan penampilannya yang memakai celana baggy dengan rambut membelah di pinggir dan kacamata kedodoran yang sedikit rapi. Dia pernah mengirim surat cinta kepada Lia, dengan kalimat bahasa inggris yang acak-acakan. Isinya yaitu “I thing of you every knight” yang artinya “Aku benda dari kamu setiap ksatria”. Dia tahu apa yang sebenarnya Raditya Dika tulis, hanya saja salah dalam menulisnya. Lalu, kata-kata yang salah, semua dibetulkan oleh Lia. Yaitu “thing” yang dimaksud “think” dan “knight” maksudnya “night”. Raditya Dika pun bingung dan berkeringat dingin. Isi surat itu semuanya pembenaran surat cinta yang ditulis oleh Lia. Di cerita ini, dia tidak peduli dengan segala hal, kecuali hanya satu : dia dapat perhatian orang yang dia suka. Apa yang dialami Raditya Dika oleh orang dewasa bisa disebut sebagai gaya cinta yang lebihprimitif dari cinta monyet yang mungkin itu seharusnya disebut cinta brontosaurus.
Pada bab selanjutnya, Raditya Dika menceritakan kejadian saat dia berada di Negara Australia. Saat itu, dia sedang menaiki bus yang akan pergi ke Melbourne (salah satu kota di Australia) dari Adelaide (juga salah satu kota di Australia). Pukul sembilan kurang tiga puluh menit dia naik ke dalam bus. Sebelum naik ke dalam bus, dia membaca sebuah buku sembari menahan rasa bosan di ruang tunggu. Setelah berada di bus, untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Orang yang mendapat tempat duduk di sebelahnya adalah orang bule yang sangan gendut. Raditya Dika hanya bisa menerima kenyataan. Dia berusaha berbicara dengan orang bule itu yang ternyata namanya adalah John. Sepuluh jam Raditya Dika duduk bersama dengan orang bule itu. Dengan mendengarkan musik dan melihat kea rah bulang yang indah, tiba-tiba dia teringat masa-masa dengan kekasihnya saat masih menjalin hubungan. Saat itu, dia baru saja putus cinta dengan kekasihnya. Banyak alasan orang putus cinta yaitu ketidaksamaan dari apa yang kita beri dengan apa yang kita terima. Masalah eksternal, agama, orang tua, teman, atau pihak ketiga. Cerita ini diakhiri dengan kalimat “Pemandangan jadi jelas di luar jendela. Bulan tidak lagi keliatan. Dengan berakhirnya lagu ini, dengan terlihat Kota Melbourne.. Aku sudah bisa melupakanmu.”
Setelah bab tersebut, Raditya Dika menceritakan kejadian dimana dia mengalami rasa sakit setelah bermain bola. Ini terjadi saat dia akan menendang bolanya ke gawang, tetapi apa yang terjadi? Dia menendang pembatas besi. Langsung berteriak dan loncat-loncat, beberapa menit kemudian, dilihat anak-anak lain yang sedang bermain bola lalu dia berhenti dan berjalan terpincang-pincang kepinggir lapangan. Ternyata kuku jempolnya sebagian patah dan setelah beberapa hari dia dibawa ke Rumah Sakit Pertamina. Lalu masuk ke Unit Gawat Darurat dan dengan sukses kuku kakinya yang setengah itu dicabut menggunakan tang. Beberapa minggu kemudian setelah kejadian itu, kuku baru pun tumbuh. Tetapi, ada hal yang berbeda dengan tumbuhnya kuku itu. Ternyata tumbuhnya kea rah dalam, dengan ini dia pun resmi kukunya cantengan. Bab selanjutnya juga menceritakan rasa sakit yang pernah dialami Raditya Dika. Tetapi, saat itu dia sedang berada di Australia. Dia di sana sendiri, lalu dia menelfon ibunya bahwa dia sedang sakit. Ibunya sangat shock mendengar hal itu. Ibunya langsung terbang ke Australia untuk mengantarkan anaknya ke rumah sakit. Setelah beberapa hari di rumah sakit, penyakit Raditya Dika belum juga ditemukan. Tapi, saat rasa sakitnya tidak dirasakannya lagi dia sudah diperbolehkan untuk pulang. Kabar ini sudah cukup menyebar ke kalangan teman-temannya di Indonesia. Karena itulah dia mengharapkan agar mereka simpatik. Ternyata saat berkumpul dengan Ebi, Elira, dan Darius, mereka semua tidak ada yang simpatik dengan Raditya Dika. Ejekan selalu saja datang saat dia akan melakukan sesuatu.
Bab selanjutnya menceritakan kejadian pada saat Raditya Dika menjalin hubungan dengan Cyn yaitu adek kelasnya. Cyn adalah tipe wanita rajin, alim, dan suka belajar. Cyn itu sangat suka dengan Doraemon. Dia berkata “soalnya seru aja kan dia punya kantong ajaib. Terus rasanya pengen aja ngulang waktu lagi pake mesin waktu. Atau pergi ke tempat yang jauh pake pintu kemana saja. Terbang pake baling-banling bambu….”. Saat Raditya Dika menjalin hubungan dengan Cyn, semuanya berubah seperti sikapnyadan penampilannya. Semua itu dia lakukan hanya untuk Cyn.
“Satu Sampai Seratus” di bab ini, Raditya Dika menceritakan kejadian yang terjadi pada saat ulangan di sekolahnya. Di sekolahnya ada pelajaran bahasa asing selain bahasa Inggris, murid-murid juga harus memilih untuk mempelajari antara bahasa Jerman atau bahasa Prancis. Dia pun memilih bahasa Prancis. Setiap pelajaran bahasa Prancis, dia selalu membolos. Tetapi, saat ulangan umum, hal yang diandalkan dalam menjawab soal-soal pilihan ganda hanyalah dengan trik “melihat huruf yang bersinar”. Pada suatu hari, dia tidak mengikuti ulangan karena pada saat itu dia sedang membolos. Otomatis dia harus ikut ulangan susulan. Ulangan susulan pun tiba, soalnya adalah menuliskan angka satu sampai seratus dalam bahasa Prancis. Tapi, bagaimana dia bisa menjawab? Mengikuti pelajarannya pun tidak pernah. Akhirnya dia pun menyontek. Dia menoleh ke arah Walay dan bertanya bahasa Prancisnya satu sampai seratus. Walay melihat secarik kertas di loker mejanya yang tertulis satu sampai seratus. Secarik kertas itu Walay berikan kepada Raditya Dika, tidak pakai lama Dika langsung menyalin semua yang tertulis di secarik kertas itu. Hatinya merasa aman karena bisa mengerjakan soal ulangan dan percaya akan mendapatkan nilai seratus. Tapi, ternyata nilainya nol. Itu semua karena yang dia tulis satu sampai seratu memakai bahasa Jerman bukan bahasa Prancis.
Bab terakhir dari novel ini menceritakan bahwa Raditya Dika mempunyai banyak sekali hewan peliharaan terutama kucing. Ada Neko, dia kucing Persia yang imut, lucu, dan rajin membantu orang tua. Sebelum memelihara Neko, dia punya kucing bernama Pupus yang lahir dari strata yang berbeda dia adalah kucing kampung. Saat dia suruh memilih salah satu dari kucing itu, akhirnya dia memilih Pupus untuk keluar rumah. Setelah beberapa bulan, Neko sering sekali keluar rumah. Dia selalu menunggu pintu garasi dibuka dan saat dibuka, dia sekuat tenaga akan mencoba untuk keluar rumah dan menemui kucing milik tetangga.
Kelebihan dari novel ini adalah cara penyampaian cerita yang menggunakan istilah sehari-hari sehingga mudah untuk dimengerti oleh para pembaca. Dan juga kejeniusan dari sang penulis dalam menyampaikan cerita yang tragis menjadi yang bisa membuat kita tertawa dan tersenyum ketika membaca novel ini. Kekurangan dari buku ini mungkin hanya pada kata-kata yag bisa dibilang vulgar dan tidak disensor.
Novel ini sangat layak menjadi obat penghilang stress. Pada saat liburan, adalah saat yang tepat untuk membaca ini. Siapa saja yang membaca novel ini pasti akan tertawa karena banyak sekali kejadian yang lucu. Saran saya, novel ini akan lebih bagus jika ceritanya ditambah lebih banyak lagi. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar