TEKS ULASAN NOVEL CINTA BRONTOSAURUS KARANGAN RADITYA DIKA
IDENTITAS BUKU
Judul : Cinta Brontosaurus
Penulis : Raditya Dika
Jenis Buku : Non Fiksi
Penerbit : GagasMedia
Cetakan I : Tahun 2006
Tebal : viii + 152 hlm; 11.5 x 19 cm
Cinta Brontosaurus
Novel
ini adalah buku kedua yang dikeluarkan oleh Raditya Dika dengan buku pertamanya
Kambing Jantan. Hampir sama dengan buku sebelumnya,
cerita-cerita dalam buku ini berasal dari kisah kesehariannya. Namun, buku
kedua ini menggunakan format cerita pendek (cerpen) yang bercerita mengenai pengalaman cintanya yang sepertinya
selalu tidak beruntung. Dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Di novel ini, dia
berperan sebagai “gue”.
Bab pertama novel ini, Raditya
Dika menceritakan kejadian-kejadian
yang telah dialami dengan mobil miliknya. “Timor Kaleng” itulah nama yang diberikan
kepada mobilnya. Dia selalu mengambil pelajaran dari kesalahan yang telah
dialami dengan mobilnya. Mulai dari menabrak mobil yang
sedang parkir, dia bisa belajar jika keluar dari parkir mobil jangan lupa belok. Menabrak
mobil saat macet, jika sedang macet jangan bermain HP. Dan ngelindes tukang sayur, juga bisa diambil pelajaran bahwa tukang sayur itu berbeda dengan polisi tidur. Jika
Raditya Dika membuat janji kepada seseorang, dia selalu menepati janjinya. Seperti saat dia sudah berjanji akan ke rumah Putra
teman sekelas
yang akan membuat design buku tahunan
dirumahnya. Karena hari sudah malam dan suasana jalan yang sepi, Raditya Dika
mengajak salah seorang teman untuk menemaninya yaitu Ratih. Sebelum kerumah
Putra, Ratih mampir dahulu ke Bintaro Plaza untuk mengambil uang di ATM.
Tetapi, saat di tengah perjalanan terjadi hal yang tidak inginkan. Mobilnya mogok, ternyata air radiatornya habis. Lalu,
Ratih langsung membeli air mineral di Hero, salah satu tempat di Bintaro Plaza.
Dia beli empat botol air mineral. Setelah mobil diisi air,
botol-botol yang kosong diisi dengan air keran untuk jaga-jaga jika terjadi lagi. Tiba di rumah Putra, mereka langsung
bergegas untuk mengerjakan design
buku tahunan. Saat beranjak pulang, temannya yang bernama Pito menumpang untuk
pulang karena arah rumah
Pito dan Raditya Dika searah. Ditengah perjalanan perut Pito terasa lapar, lalu mereka membeli nasi goreng.
Pito memesan rasa yang ekstrak pedas. Beberapa menit kemudian, Pito tidak
terlihat kepedesan. Saat ditanya Ratih, ternyata Pito telah
meminum air keran yang
ada di botol tadi. Raditya Dika dan Ratih langsung shock mendengar jawaban Pito. Keesokan harinya, saat di sekolah,
Pito merasa perutnya sakit karena telah meminum air keran.
Berbeda
dengan bab pertama. Di bab ini, Raditya Dika menceritakan kisah cintanya kepada
seseorang waktu ia masih duduk di bangku sekolah dasar. Waktu SD, dia masih
bingung saat mendengar kata cinta monyet.
Ibunya berkaya kalau cinta monyet
itu, “cinta-cintaan yang gak serius. Main-main,”.
Raditya Dika bingung, kenapa namanya cinta monyet? Dia agak tersinggung disamakan dengan monyet. Cewek yang dia suka
bernama Lia. Waktu itu Raditya Dika kelas empat SD dengan penampilannya yang
memakai celana baggy dengan rambut
membelah di pinggir dan kacamata kedodoran yang sedikit rapi. Dia pernah
mengirim surat cinta kepada Lia, dengan kalimat bahasa inggris yang
acak-acakan. Isinya yaitu “I thing of you
every knight” yang artinya “Aku benda dari kamu setiap ksatria”. Dia tahu
apa yang sebenarnya Raditya Dika tulis, hanya saja salah dalam menulisnya. Lalu,
kata-kata yang salah, semua dibetulkan oleh Lia. Yaitu “thing” yang dimaksud “think”
dan “knight” maksudnya “night”. Raditya Dika pun bingung dan
berkeringat dingin. Isi surat itu semuanya pembenaran surat cinta yang ditulis
oleh Lia. Di cerita ini, dia tidak peduli dengan segala hal, kecuali hanya satu
: dia dapat perhatian orang yang dia suka. Apa yang dialami Raditya Dika oleh
orang dewasa bisa disebut sebagai gaya cinta yang lebihprimitif dari cinta monyet yang mungkin itu seharusnya
disebut cinta brontosaurus.
Pada
bab selanjutnya, Raditya Dika menceritakan kejadian saat dia berada di Negara Australia.
Saat itu, dia sedang menaiki bus yang akan pergi ke Melbourne (salah satu kota
di Australia) dari Adelaide (juga salah satu kota di Australia). Pukul sembilan
kurang tiga puluh menit dia naik ke dalam bus. Sebelum naik ke dalam bus, dia
membaca sebuah buku sembari menahan rasa bosan di ruang tunggu. Setelah berada
di bus, untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Orang yang mendapat
tempat duduk di sebelahnya adalah orang bule yang sangan gendut. Raditya Dika
hanya bisa menerima kenyataan. Dia berusaha berbicara dengan orang bule itu
yang ternyata namanya adalah John. Sepuluh jam Raditya Dika duduk bersama dengan
orang bule itu. Dengan mendengarkan musik dan melihat kea rah bulang yang
indah, tiba-tiba dia teringat masa-masa dengan kekasihnya saat masih menjalin
hubungan. Saat itu, dia baru saja putus cinta dengan kekasihnya. Banyak alasan orang
putus cinta yaitu ketidaksamaan dari apa yang kita beri dengan apa yang kita
terima. Masalah eksternal, agama, orang tua, teman, atau pihak ketiga. Cerita ini
diakhiri dengan kalimat “Pemandangan jadi jelas di luar jendela. Bulan tidak
lagi keliatan. Dengan berakhirnya lagu ini, dengan terlihat Kota Melbourne.. Aku
sudah bisa melupakanmu.”
Setelah
bab tersebut, Raditya Dika menceritakan kejadian dimana dia mengalami rasa
sakit setelah bermain bola. Ini terjadi saat dia akan menendang bolanya ke gawang,
tetapi apa yang terjadi? Dia menendang pembatas besi. Langsung berteriak dan
loncat-loncat, beberapa menit kemudian, dilihat anak-anak lain yang sedang bermain
bola lalu dia berhenti dan berjalan terpincang-pincang kepinggir lapangan. Ternyata
kuku jempolnya sebagian patah dan setelah beberapa hari dia dibawa ke Rumah
Sakit Pertamina. Lalu masuk ke Unit Gawat Darurat dan dengan sukses kuku
kakinya yang setengah itu dicabut menggunakan tang. Beberapa minggu kemudian setelah
kejadian itu, kuku baru pun tumbuh. Tetapi, ada hal yang berbeda dengan
tumbuhnya kuku itu. Ternyata tumbuhnya kea rah dalam, dengan ini dia pun resmi
kukunya cantengan. Bab selanjutnya
juga menceritakan rasa sakit yang pernah dialami Raditya Dika. Tetapi, saat itu
dia sedang berada di Australia. Dia di sana sendiri, lalu dia menelfon ibunya
bahwa dia sedang sakit. Ibunya sangat shock
mendengar hal itu. Ibunya langsung terbang ke Australia untuk mengantarkan
anaknya ke rumah sakit. Setelah beberapa hari di rumah sakit, penyakit Raditya
Dika belum juga ditemukan. Tapi, saat rasa sakitnya tidak dirasakannya lagi dia
sudah diperbolehkan untuk pulang. Kabar ini sudah cukup menyebar ke kalangan
teman-temannya di Indonesia. Karena itulah dia mengharapkan agar mereka
simpatik. Ternyata saat berkumpul dengan Ebi, Elira, dan Darius, mereka semua
tidak ada yang simpatik dengan Raditya Dika. Ejekan selalu saja datang saat dia
akan melakukan sesuatu.
Bab
selanjutnya menceritakan kejadian pada saat Raditya Dika menjalin hubungan dengan
Cyn yaitu adek kelasnya. Cyn adalah tipe wanita rajin, alim, dan suka belajar. Cyn
itu sangat suka dengan Doraemon. Dia berkata “soalnya seru aja kan dia punya
kantong ajaib. Terus rasanya pengen aja ngulang waktu lagi pake mesin waktu. Atau
pergi ke tempat yang jauh pake pintu kemana saja. Terbang pake baling-banling bambu….”.
Saat Raditya Dika menjalin hubungan dengan Cyn, semuanya berubah seperti
sikapnyadan penampilannya. Semua itu dia lakukan hanya untuk Cyn.
“Satu
Sampai Seratus” di bab ini, Raditya Dika menceritakan kejadian yang terjadi
pada saat ulangan di sekolahnya. Di sekolahnya ada pelajaran bahasa asing
selain bahasa Inggris, murid-murid juga harus memilih untuk mempelajari antara
bahasa Jerman atau bahasa Prancis. Dia pun memilih bahasa Prancis. Setiap pelajaran
bahasa Prancis, dia selalu membolos. Tetapi, saat ulangan umum, hal yang
diandalkan dalam menjawab soal-soal pilihan ganda hanyalah dengan trik “melihat
huruf yang bersinar”. Pada suatu hari, dia tidak mengikuti ulangan karena pada
saat itu dia sedang membolos. Otomatis dia harus ikut ulangan susulan. Ulangan susulan
pun tiba, soalnya adalah menuliskan angka satu sampai seratus dalam bahasa
Prancis. Tapi, bagaimana dia bisa menjawab? Mengikuti pelajarannya pun tidak
pernah. Akhirnya dia pun menyontek. Dia menoleh ke arah Walay dan bertanya
bahasa Prancisnya satu sampai seratus. Walay melihat secarik kertas di loker
mejanya yang tertulis satu sampai seratus. Secarik kertas itu Walay berikan
kepada Raditya Dika, tidak pakai lama Dika langsung menyalin semua yang
tertulis di secarik kertas itu. Hatinya merasa aman karena bisa mengerjakan
soal ulangan dan percaya akan mendapatkan nilai seratus. Tapi, ternyata
nilainya nol. Itu semua karena yang dia tulis satu sampai seratu memakai bahasa
Jerman bukan bahasa Prancis.
Bab
terakhir dari novel ini menceritakan bahwa Raditya Dika mempunyai banyak sekali
hewan peliharaan terutama kucing. Ada Neko, dia kucing Persia yang imut, lucu,
dan rajin membantu orang tua. Sebelum memelihara Neko, dia punya kucing bernama
Pupus yang lahir dari strata yang berbeda dia adalah kucing kampung. Saat dia
suruh memilih salah satu dari kucing itu, akhirnya dia memilih Pupus untuk
keluar rumah. Setelah beberapa bulan, Neko sering sekali keluar rumah. Dia selalu
menunggu pintu garasi dibuka dan saat dibuka, dia sekuat tenaga akan mencoba
untuk keluar rumah dan menemui kucing milik tetangga.
Kelebihan dari novel ini adalah
cara penyampaian cerita yang menggunakan istilah sehari-hari sehingga mudah
untuk dimengerti oleh para pembaca. Dan juga kejeniusan dari sang penulis dalam
menyampaikan cerita yang tragis menjadi yang bisa membuat kita tertawa dan
tersenyum ketika membaca novel ini. Kekurangan dari buku ini mungkin hanya pada
kata-kata yag bisa dibilang vulgar dan tidak disensor.
Novel ini sangat layak menjadi obat penghilang stress. Pada saat liburan, adalah saat
yang tepat untuk membaca ini. Siapa saja yang membaca novel ini pasti akan
tertawa karena banyak sekali kejadian yang lucu. Saran saya, novel ini akan
lebih bagus jika ceritanya ditambah lebih
banyak lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar